Pecinta film lawas dan kisah vampir boleh berbangga hati, karena “Nosferatu” selalu berhasil membuat penonton bergidik, bahkan setelah seratus tahun lebih sejak perdana diputar. Banyak yang bilang, “Ini mah film nenek moyang semua horor vampir!” dan jujur saja, nggak berlebihan. Meski gambar hitam putih, dialog sedikit (atau bahkan cuma teks di bawah layar), nuansa seramnya tetap saja menancap dalam.

Gimana rasanya nonton film seklasik ini lewat tv satelit digital? Wah, pengalaman yang sama sekali beda dari menikmati horor kekinian di platform streaming. Kadang, saluran film klasik atau saluran Eropa tiba-tiba merilis acara malam horor dan, taraaa—Nosferatu jadi bintang utama. Begitu layar menampilkan siluet Count Orlok melenggang di lorong kastil, suasana ruang tamu mendadak dingin, merinding sampai ke tulang.

Ceritanya sederhana—ada seorang makelar properti yang berkunjung ke kastil terpencil di pegunungan untuk urusan bisnis, lalu berhadapan dengan makhluk malam yang wajahnya saja sudah cukup mengenyahkan niat kecil buat ke dapur sendirian malam itu. Ekspresi Count Orlok dengan kuku panjangnya, benar-benar bikin bulu kuduk berdiri walau tanpa efek CGI sama sekali. Saya yakin sudah banyak film modern gagal menyamai efek “creepiness” yang dibangun dari mata melotot dan slow motion super minim ini.

Kalau biasa nonton horor modern yang dipenuhi jeritan dan jump scare mengejutkan, Nosferatu menawarkan sensasi beda. Daripada dikejutkan suara, kamu justru diuji soal “sabar” menunggu alur dan tenggelam dalam atmosfer gelap dan sunyi mencekam.

Pecinta parabola biasanya punya ritual sebelum malam horor: cek channel, update firmware receiver, setel suara jangan terlalu keras (soalnya tetangga bisa kaget), dan pastikan ruangan cukup remang supaya suasana makin masuk. Jangan lupa cemilan, secukupnya, karena tangan bisa saja mendadak dingin kalau tiba-tiba Count Orlok muncul di bayangan.

Nonton film seklasik ini rasanya kayak diajak mesin waktu ke tahun 1920-an. Kadang, setelah selesai, obrolan bisa jadi lucu: “Bayangin kalau dulu udah ada parabola, nenek moyang kita pasti langsung cari channel yang nayangin Nosferatu biar bisa horor bareng sama keluarga!”

Soal kenikmatan gambar, memang jangan harap visual ala UHD super tajam. Fokusnya justru pada atmosfer: bayangan panjang di dinding, gerak lambat Orlok mendekat, suara musik orgel yang mendayu-dayu, dan layar hitam putih penuh misteri. Setel di malam hari, matikan lampu—dijamin sensasi ngerinya lebih meresap daripada nonton horor CGI zaman sekarang.

Jadi, buat kamu yang doyan malam minggu dengan nuansa beda, cek saluran film klasik di parabola. Siapa tahu “Nosferatu” muncul tanpa diduga, dan kamu bisa ikut merasakan legenda horor yang masih sanggup membekukan suasana ruang tamu sampai detik ini. Selamat menyimak, dan jangan lupa… usahakan jangan ke dapur sendirian setelah film selesai!